Oleh: Prof Dr Imam Suprayogo
Korupsi di Indonesia terjadi, sejalan dengan budaya yang dikembangkan di negeri ini. Siapapun yang menjadi pemimpin, akan melakukan hal yang sama yaitu korupsi.
Bangsa kita ini sedang mengembangkan budaya rendah yaitu budaya berebut, dan bukan budaya tinggi yaitu budaya berjuang.
Orang yang sedang berebut, apalagi hanya berebut kekuasaan dan bergandeng dengan uang, akan sangat berpotensi untuk menyimpang yang disebut dengan korupsi.
Apapun jenis permainan dan siapapun pelakunya, akan memprioritaskan kemenangan dari pada sekadar menjaga etika.
Lihat saja pemain olahraga, sepakbola, basket, takrau dan bahkan tinju sekalipun yang pemainnya hanya berdua, harus ada wasit yang memimpin. Semua permainan selalu berpotensi menyimpang.
Tanpa wasit, permainan perebutan kemenangan akan berjalan curang. Begitu pula kehidupan di negeri ini, dibangun suasana berebut untuk meraih kemenangan, apalagi di antara mereka tanpa idiologi yang jelas, maka siapa pun manakala berkesempatan, akan melakukan kecurangan agar menang. Bentuknya ya korupsi.
Oleh karena itu, harus segera dibangun budaya tinggi, yaitu budaya sebagai khalifah atau pejuang. Pemimpin, khalifah atau pejuang pada diri mereka pasti akan tumbuh kesadaran untuk berkorban.
Budaya ini lawan atau ujung lain dari budaya rendah yaitu berebut. Islam mengajarkan untuk menjadi khalifah atau pejuang.
Maka, dalam Islam ditanamkan budaya pejuang, budaya tangan di atas, budaya memberi dan sebaliknya bukan budaya menerima, budaya berebut untuk mendapatkan kemenangan berupa kekuasaan dan harta.
Kita harus punya pemimpin yang mampu mengubah budaya rendah menjadi budaya unggul dan agung yaitu sebagai pejuang yang siap berkorban untuk sesama dan bukan berebut untuk mengisi perut dan mengikuti hawa nafsunya. Wallahu "alam bis shawab.